Tuesday, June 19, 2007

All About plagiarsm [7]

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/12/06/0003.html

KASUS PLAGIAT AMIR SANTOSO TERBONGKAR


Sudah dua minggu ini terdengar bisik-bisik santer di kalangan dosen
muda Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI (FISIP-UI) soal apa yang
dilakukan senior mereka, Dr. Amir Santoso yang telah melakukan
pencaplokan terhadap sejumlah karya tulis ilmiah dari berbagai kalangan,
baik dari kalangan mahasiswanya sendiri bahkan ia juga mencaplok karya
intelektual pakar lain. Apa yang dilakukan Amir Santoso itu dalam rangka
mencapai gelar profesor (guru besar UI) di bidang ilmu politik yang akan
ditentukan Desember ini. Salah satu syarat yang harus dipenuhi Amir
adalah karya tulis dalam bentuk diktat untuk menggantikan buku. Maklum,
meskipun sudah doktor, Amir Santoso belum pernah membuat satu buku pun,
bahkan disertasinya saja tak layak diterbitkan. Karenanya, menurut
sumber dari FISIP UI, Amir membajak sejumlah makalah mahasiswa pasca
sarjana dan makalah pakar politik lain yang dijadikan satu dalam bentuk
diktat, yang diklaim merupakan karya tulisnya.

Plagiat Amir Santoso -- yang kini menjabat Direktur CPDS (Center for
Policy and Development Studies) sebuah lembaga think tank yang dekat
dengan tentara itu -- mudah sekali tercium, karena pencaplokan yang
dilakukannya sangat telanjang. Seorang ketua jurusan FISIP UI bahkan
sampai tercengang melihat keberanian Amir membajak, karena hampir 100%
ia menyalin karya-karya itu, hanya beberapa judul saja yang digantinya.
"Ini merupakan plagiat of the year," kata seorang aktivis LSM yang
dikenal kontra Amir. Wajar saja, Amir tidak tanggung-tanggung menyalin
karya-karya tulis dari mahasiswa pasca sarjana UI dan Jayabaya. Yang
lebih mencengangkan ia pun membajak makalah Prof. Dr. Sediono
Tjondronegoro, Dr. Affan Gaffar, Dr. Mohtar Mas'oed, Dr. Riswanda Imawan
dan Dr. Cornelis Lay.

Di FISIP UI, Amir memang dikenal sangat ambisius. Untuk mencapai posisi
jabatan yang diinginkannya ia tak segan menghalalkan segala cara dengan
memfitnah, memojokkan atau menggunakan kekuasaannya. Sehingga, sudah
terang Amir mempunyai musuh yang banyak mulai dari Prof. Dr. Budyatna,
Prof. Dr. Maswadi Rauf, Drs. Arbi Sanit, Prof. Dr. Nazaruddin dan masih
banyak lagi. Makanya Amir tidak diterima dalam pergaulan intelektual di
FISIP UI khususnya, puncaknya ketika ia gagal menjadi Dekan FISIP UI.
Sebenarnya Amir sudah berusaha dengan segala cara untuk menduduki posisi
itu, namun karena integritas pribadi dan integritas keilmuaannya yang
buruk, ia mendapat tiga suara saja, sedangkan Prof. Dr. Budyatna menang
mutlak karena forum menghendaki ABAS (Asal Bukan Amir Santoso). Naiknya
Budyatna membuat posisi Amir semakin marjinal di FISIP UI. Lembaga yang
waktu itu ia bangga-banggakan, LPPIS, turut pula disingkirkan. LPPIS
ternyata menangguk utang yang besar yang tidak dibayar oleh Amir.
Beberapa proyek penelitian besar dengan dana ratusan juta dikorupsi oleh
Amir untuk dirinya sendiri. Untuk menutupi bahwa ia sudah banyak
mendapatkan uang haram itu, ia tetap memakai mobil Toyota tahun 1974.
Baru kemudian ia membeli mobil baru, Opel Blazer setelah tergusur dari
LPPIS.

Sebagai kompensasi karena tergusur dari pergaulan intelektual UI, Amir
merambah ke posisi-posisi lain di luar UI. Ambisi itu ia jalankan secara
telanjang untuk duduk di banyak posisi, ingin seperti Habibie yang
menjadi ketua dari 25 lembaga/organisasi. Usaha itu tampaknya berhasil,
karena sekarang Amir duduk di mana-mana. Ia menjadi Direktur Pasca
Sarjana Universitas Jayabaya, anggota Dewan Pers, anggota Dewan Riset
Nasional, Direktur CPDS, pengurus ICMI, dosen LEMHANNAS, anggota DPR,
anggota Badan Pekerja Tetap MPR, dan masih banyak lagi. Amir berhasil
menjadi anggota DPR dan badan pekerja MPR karena lobi CPDS, lembaga yang
sering campur tangan melakukan ploting untuk jabatan ABRI dan sipil.
Sebuah sumber di CIDES, mengatakan ia juga sebenarnya mengincar posisi
Direktur CIDES yang kini diduduki Adi Sasono. Semua itu ia lakukan
karena ia berambisi menjadi menteri dalam Kabinet Pembangunan yang akan
datang, menteri apa saja, yang penting menteri. Tengok saja
komentar-komentar Amir, tidak ada daya kritis intelektual, semuanya
berdasarkan pesanan. Tak heran kalau pendekar demokrasi kita,
Abdurrahman Wahid, memberinya gelar "intelektual tukang."

Sejak posisi pemerintah berubah mendekati Islam, Amir Santoso juga ikut
berubah. Dulu, ia adalah simbol kalangan abangan sekuler di FISIP UI.
Setiap ada sembahyang Jumat, ia tetap duduk di kursi direktur LPPIS.
Kalau Amir kadang-kadang nongol di mesjit UI untuk sembahyang Jumat,
orang pun heran, "Ada apa Amir Santoso, tumben sembahyang." Namun dengan
didukung asal sukunya Madura yang dikenal santri, Amir dengan cepat
mengubah imejnya, menjadi santri. Ia mengaku-ngaku sebagai saudara KSAD
R. Hartono bahkan sempat minta diajak umrah. Padahal, sebelum masuk
CPDS, Amir selalu berhubungan dengan CSIS. Bukan rahasia lagi, kalau ke
luar negeri waktu itu Amir selalu minta dibelikan tiket oleh CSIS
melalui Clara Juwono, bekas sekretaris pribadi Ali Murtopo yang kini
menjadi salah seorang pimpinan sinior CSIS itu. Kini, karena keadaan
tidak menguntungkan CSIS, Amir berpaling muka, "Habis manis sepah
dibuang." Seorang dosen sinior di FISIP menyebutnya "oportunis sejati."

Demikianlah sekilas Amir Santoso. Berikut ini adalah karya-karya tulis
yang dibajak secara telanjang oleh Amir Santoso:

1. Kekuasaan (Makalah milik Lagiman)
2. Negara dan Masyarakat (Makalah milik Hermawi Taslim)
3. Apakah Politik Itu? (Makalah milik Muhammad Saad, mahasiswa
Pascasarjana UI 1989/1990, No. Mahasiswa 118909216)
4. Teori-Teori Ilmu Politik (Makalah milik Muhammad Saad, mahasiswa
Pascasarjana UI 1989/1990, No. Mahasiswa 118909216)
5. Ibnu Khaldun: Negara dan Masyarakat (Makalah milik Basuki Ismael,
mahasiswa Pascasarjana UI tahun 1989)
6. Partai Politik (Makalah milik Muhammad Saad, mahasiswa Pascasarjana
UI 1989/1990)
7. Partisipasi Politik (Makalah milik Muhammad Saad, mahasiswa
Pascasarjana UI 1989/1990)
8. Elite dan Massa (Makalah milik Drs. Acry Deo Datus, mahasiswa
Pascasarjana UI 1989)
9. Makna Perwakilan di Indonesia (Makalah milik Basuki Ismael,
mahasiswa Pascasarjana UI tahun 1989)
10.Ekonomi-Politik Pengembangan Demokrasi (Makalah milik Dr. Mohtar
Mas'oed, seminar Nasional Asosiasi Ilmu Politik Indonesia di Jakarta
25-26 Januari 1994)
11.Partisipasi Politik (Makalah milik M. Syafi'i Anwar, mahasiswa
Pascasarjana UI 1990)
12.Bidang Kajian Ilmu Politik (Makalah milik Lamhir S. Sinaga, 1990)
13.Kekuasaan Politik (Makalah Siti Aminah, mahasiswa Pascasarjana UI
1993, judul diganti menjadi "Kekuasaan dan Maknanya")
14.Demokrasi dan Demokratisasi (Makalah Dr. Affan Gaffar, UGM, 1991)
15.Demokrasi Sosial (Makalah milik Prof. Dr. Sediono M.P.
Tjondronegoro, seminar "Perkembangan Demokrasi di Indonesia Sejak
1945," di LIPI 24-25 Mei 1993)
16.Sigmund Neumann: Ke Arah Suatu Studi Perbandingan Partai-Partai
Politik (Makalah milik Basuki Ismael, 1989)
17.Model Kepolitikan Birokrasi (Makalah milik Basuki Ismael, 1989)
18.Birokrasi dan Demokrasi (Makalah milik Dr. Cornelis Lay, 1992)
19.Dimensi Politik Orde Baru (Makalah milik Dr. Riswandha Imawan)
20.Ideologi dan Lima Aliran dalam pemikiran Politik Indonesia (Makalah
milik Basuki Ismael, 1989)
21.Munculnya Elite Birokrasi di Indonesia (Makalah milik Basuki
Ismael, 1989)
22.Negara dan Masyarakat (Makalah milik Siti Aminah, 1993)

KOMITE PENEGAK INTEGRITAS KEILMUAN

No comments:

Post a Comment