Rabu, 15 Januari 2003 Debat Mahasiswa
Suara Merdeka
Banyak yang Melakukan Plagiat
Oleh: Slamet - Mahasiswa Syariah IAIN Walisongo"SERIBU jalan menuju Roma." Ungkapan itu serasa pas untuk menggambarkan
pembuatan skripsi. Mahasiswa program S1, tidak bisa mengelak dari tugas ini
karena skripsi menjadi penentu bagi lulus tidaknya mahasiswa. Demi kelulusan
tersebut, mahasiswa menggunakan berbagai cara untuk menyelesaikan skripsi.
Mulai dari pesan kepada agen pembuat skripsi, reproduksi buku teks, sampai
dengan plagiasi skripsi yang telah jadi. Walaupun tidak sedikit mahasiswa
yang begitu enjoy menyusun skripsi. Bahkan sampai skripsi tersebut
diterbitkan menjadi buku.
Namun itu hanya sebagian kecil dari banyak skripsi. Seringnya skripsi malah
menjadi momok bagi mahasiswa. Banyak mahasiswa yang mengalami banyak kendala
dalam penyusunan skripsi. Penyebab kegagalan skripsi, dikarenakan tidak
semua mahasiswa mempunyai kemampuan dalam tulis-menulis dan kemampuan
akademis yang memadai. Sebagai karya tulis ilmiah, maka dalam penyusunan
harus memenuhi standar ilmiah pula. Syarat penulisan karya tulis ilmiah
hendaklah membahas suatu tema tertentu dalam bentuk sajian yang sistematis,
logis, kritis, mendalam dan didasarkan atas data-data ilmiah yang objektif.
Penelitian yang dilakukan pun harus memenuhi prosedur ilmiah, seperti
pengidentifikasian masalah, perumusan hipotesis, penggunaan metode
penelitian, serta kerangka analisisnya. Untuk melakukan semua itu,
diperlukan kemampuan akademik yang memadai. Namun tidak semua mahasiswa
mempunyai kemampuan akademik yang cukup untuk menyusun skripsi, bahkan tidak
tertarik dengan penelitian. Mereka inilah yang selama ini banyak mengalami
kesulitan.
Kesulitan antara lain karena mahasiswa mengalami perasaan takut dalam
menghadapi dosen pembimbing. Perasaan takut itu muncul karena ketidakmampuan
merumuskan pikirannya secara tertulis, apalagi mempertahankan konsepnya di
hadapan pembimbing.
Mahasiswa juga kurang mampu memilih topik menarik, dan cenderung memilih
topik yang mirip dengan temannya.
Kesulitan-kesulitan itu muncul karena mahasiswa jarang sekali terlibat dalam
penulisan ilmiah, apalagi sampai pada penelitian ilmiah. Sebelum menyusun
skripsi, mahasiswa hanya dibekali metodologi penelitian. Sedangkan dalam
praktiknya pun hanya sekadar menyusun proposal penelitian.
Selain karena faktor mahasiswa itu sendiri, kesulitan juga disebabkan faktor
pembimbing dan penguji. Sering terjadi pembimbing lebih berperan sebagai
penguji awal skripsi, dari pada sebagai partner diskusi. Pembimbing hanya
mencari kesalahan tanpa mampu memberikan solusi yang pasti. Seringkali
mahasiswa harus mengubah tulisan, bahkan kadang mereka juga harus memulai
dari awal lagi.
Beruntunglah bagi mahasiswa yang mendapatkan pembimbing yang baik, sehingga
ia benar-benar dibimbing dalam menyelesaikan skripsinya.
Faktor Penguji
Sedangkan kesulitan yang dipengaruhi oleh faktor penguji ketika mahasiswa
harus mempresentasikan skripsinya. Seperti di tingkatan pembimbing, ketika
berhadapan dengan penguji, keberhasilan mahasiswa sering ditentukan dengan
nasib. Jika mahasiswa bertemu dengan penguji baik, maka dijamin nilainya
memuaskan. Namun apabila bertemu penguji yang killer, , banyak mahasiswa
yang gigit jari karena nilainya jauh dari yang diharapkan.
Mengingat betapa sulitnya penyusunan skripsi, akhirnya mahasiswa mengambil
jalan pintas. Karena alasan itulah, maka plagiat skripsi menjadi alternatif
yang paling baik. Pada umumnya, proses pembuatan skripsi hanyalah sekadar
plagiat skripsi sebelumnya. Dengan plagiasi, biaya pembuatan tidak begitu
besar, bila dibanding dengan pesan kepada agen. Untuk pesan skripsi,
mahasiswa harus membayar beberapa juta kepada dosen atau agen lainnya.
Selain itu, dengan plagiasi, waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Mahasiswa
tinggal mengetik ulang skripsi yang telah jadi. Bahkan, bisa lebih singkat
lagi dengan mencari data skripsi di rental-rental komputer. Maraknya rental
komputer, membuat skripsi menjadi lebih mudah. Mahasiswa, hanya tinggal
mencari file-nya, mengganti beerapa kata dan nama agar tidak begitu kentara.
Sebenarnya, jika pihak fakultas mau bertindak tegas, kasus plagiasi bisa
diantisipasi sejak dini. Sebab untuk menyelesaikan skripsi, mahasiswa harus
melewati beberapa birokrasi. Banyaknya plagiasi, bukan berarti skripsi tak
lagi menjadi syarat wisuda. Tentunya, kasus tersebut bisa diminimalisasi
dengan menjadikan skripsi sebagai mata kuliah pilihan. Walau bersifat
pilihan, tetapi pengambilannya ditentukan fakultas dengan mempertimbangkan
kemampuan akademik mahasiswa.
Bagi mahasiswa yang mempunyai IP lebih dari 3,0 diharuskan mengambil
skripsi. Selanjutnya, mahasiswa yang harus mengambil skripsi dibagi lagi ke
dalam dua kelompok. Penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Selama ini penelitian kuantitatif dengan penyajian data-data dalam bentuk
angka matematik, dianggap lebih mudah ketimbang penelitian kualitatif dengan
penyajian data-data deskriptif. Bagi mahasiswa yang mempunyai IP 3,0 sampai
dengan 3,49, dapat mengambil penelitian kuantitatif, sedangkan yang
mempunyai IP 3,50 mengambil penelitian kualitatif.
Mahasiswa yang tidak diwajibkan mengambil skripsi, yang IP-nya kurang dari
tiga, diberi tugas mengadakan penelitian sebagai salah satu tugas mata
kuliah.
Dengan model pembuatan skripsi di atas setidaknya mahasiswa bisa
menyelesaikan kuliah lebih cepat, dengan tidak mengeluarkan biaya lebih
banyak, dan tanpa harus melakukan plagiasi.(33)
No comments:
Post a Comment